Menurut Tarigan
(1986:3) menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita melalui sebuah tulisan
tanpa saling bertatap muka. Menulis merupakan keterampilan yang berkaitan erat dengan
keterampilan alamiah manusia yakni berbahasa.
Melalui tulisan
seseorang dapat menuangkan karya emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata,
kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur . Menulis juga dapat
menjadi media untuk menuangkan hasil
kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna.
Menulis memerlukan
pembelajaran dan latihan. Pembelajaran menulis bertujuan untuk menanamkan rasa
peka terhadap karya sastra, sehingga memunculkan perasaan senang, cinta dan
tertarik terhadap apresiasi sastra. Selain itu, pembelajaran menulis dapat
menstimulus otak sehingga kita mampu berfikir kreatif dan simpatik terhadap
lingkungan di sekitarnya.
Namun dalam
kenyataannya, banyak dari kita cenderung
menghindari pembelajaran menulis. Hal ini dikarenakan kegiatan menulis dianggap
sebagai kegiatan yang sulit. Kendala-kendala yang dihadapi menulis antara lain sulit
memunculkan dan mengembangkan ide, sulit mengekspresikan ide, pikiran,
perasaan, dan imajinasi yang akan dituangkan dalam tulisan, kesulitan untuk
menyesuaikan tema dengan isi , kesulitan dalam menggunakan diksi, citraan dan
gaya bahasa.
Menulis merupakan salah satu cara untuk menambah
wawasan. Dengan menulis seseorang akan giat membaca beragam literatur guna
memperkaya istilah kata dan menambah bahan pembicaraan dalam wujud tulisan.
Khasanah lain yang bisa diperoleh dari gemar membaca yaitu meningkatkan
kualitas membaca seseorang. Semakin cepat seseorang dalam memahami suatu bacaan
maka akan semakin cepat ia menyelesaikan proses membaca. Dan semakin cepat
seseorang membaca suatu literatur, maka akan semakin besar peluangnya untuk
membaca banyak literatur dalam proses studi pustaka.
Kehidupan sosial merupakan salah satu hal yang tidak
bisa dipungkiri adanya, karena tak ada satu pun orang yang mampu memenuhi
kebutuhannya dengan tangannya sendiri. Contoh representatif dari
kehidupan sosial yaitu hubungan kekerabatan antara pemerintah dan rakyatnya,
dimana di antara mereka ingin saling melengkapi dalam segala hal atau
sebaliknya hanya ingin memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri. Kehidupan
sosial merupakan wahana unik yang patut untuk dikritisi. Dari sinilah peran
menulis sangat diperhitungkan.
Mengkritisi kondisi sosial dalam bentuk tulisan
seharusnya dijadikan sebagai trend, khususnya bagi golongan mahasiswa dan kaum
intelektual lainnya. Kritik sosial yang diwujudkan berupa tulisan dirasa akan
lebih ramah ketertiban dari pada demonstarsi. Dan akan lebih tepat sasaran
karena diungkapkan dalam bentuk bahasa kejujuran, sebagai luapan uneg-uneg dari
sanubari.
Saini K.M (1994: 170) menyatakan
sastra seperti juga lembaga-lembaga budaya lainnya, misalnya; filsafat dan
pengetahuan ilmiah yang dapat berfungi sebagai pengendali lingkungan manusia.
Artinya, sastra dapat memberikan wawasan kepada manusia mengenai dirinya
sendiri dan dunia sekitarnya, maka secara tidak langsung sastra juga ikut memberi
kemampuan kepada manusia untuk mengendalikan lingkungan itu dalam rangka
mencapai kesejahteraannya.
Menurut Durkheim seorang ahli sosial,
karya sastra selalu berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat. Keadaan
tersebut terjalin saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Karya sastra
sebagai proyeksi kehidupan masyarakat dapat dijadikan sebagai sumber referensi
berbagai macam persoalan tanpa seseorang harus pernah mengalaminya secara
langsung. Lewat karya sastra manusia dapat belajar bagaimana menyikapi suatu
persoalan sehingga berguna bagi kehidupan.
Mahasiswa merupakan sekelompok golongan intelelektual
yang mempunyai nilai dan sifat orisinil. Nilai dan sifat orisinil merupakan
gagasan-gagasan yang muncul atas dasar pengalaman dan pengetahuannya. Mahasiswa
mempunyai banyak cara untuk menyampaikan gagasannya antara lain dengan
demonstrasi, dialog, ataupun menulis di berbagai media seperti koran, majalah,
website, dan lain-lain. Namun di antara cara-cara tersebut, tulisan di media
akan lebih representatif terhadap para pembacanya.
Tulisan mahasiswa terhadap kondisi sosial masyarakat
akan lebih mengena isinya oleh para pembacanya dari pada karya-karya lain yang
bersifat mengkritisi keadaan sosial. Mungkin karena ketepatan gaya bahasa yang
digunakan dapat membuat para pembacanya seolah turut turun tangan dalam
peristiwa yang diceritakan.
Menulis tentang kondisi sosial tidak
hanya berguna sebagai wujud cinta pada tanah air dan bangsa, tapi juga akan
menumbuhkan semangat seseorang untuk terus berkarya dalam berbagai hal. Soe Hok
Gie adalah seorang mahasiswa yang mengkritik tajam rezim orde baru, dia juga
seorang pelopor gerakan mahasiswa tahun 1996, seorang pendiri mapala UI,
sewaktu menjadi mahasiswa dia adalah seorang penulis opini di harian nasional
kompas. Contoh lain kritik
sosial melalui media tulisan adalah kritik yang terkandung dalam novel Tuhan,
Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M Dahlan . Novel ini mengandung kritik sosial multi dimensi antara lain kritik terhadap
pemberontakan yang dilakukan Jemaah Daulah Islamiyah, kritik sosial terhadap
pilihan hidup menjadi pelacur, kritik sosial terhadap permasalahan gender, dan kritik sosial tentang kekerasan dalam keluarga.
Mengkritisi kondisi sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
menulis di media akan dapat mewakili semuanya. Karena di dalamnya tersirat
berbagai nilai-nilai sosial yang disuguhkan dengan beragam ungkapan kata.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar